Tanah Airku

BPP Cijati : Membuka Pelayanan Klinik Tanti Guna Meningkatkan Optimalisasi Penyuluhan Pertanian

-->
Dampak perubahan iklim yang ekstrim (la-nina dan el-nino), serta keanekaragaman stadia tanaman di ekosistem pertanian khususnya tanaman padi sawah, kerap kali menjadi kendala dalam peningkatan produksi.  Pengaruh iklim tersebut dapat bersifat positif maupun sebaliknyaPengaruh positif dari el-nino misalnya terputusnya siklus hidup hama akibat kekeringan sehingga tanaman relatif sedikit terutama di lahan tadah hujan. Kesuburan  tanahpun meningkat atau relatif lebih baik karena tanah mengalami masa istirahat selama musim kemarau (aerasi tanah meningkat).  Meskipun demikian dalam beberapa kasus cenderung terjadi hal yang bersifat negatif khususnya bagi kehidupan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti terjadinya hibernasi (mengalami masa istirahat selama musim dingin) dan aestivasi (mengalami masa istirahat selama musim panas).  Misalnya Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) membentuk biotipe-biotipe baru selain akibat penggunaan varietas. Larva Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga sp) mengalami masa diaphause sebelum menjadi dewasa.  Keadaan tersebut dampak dari kombinasi seleksi alam yang cukup kuat.
Pada bagian lainnya tanah sebagai media hidup tanaman di beberapa tempat kerap kali digunakan secara terus menerus tanpa mengalami masa istirahat selama pengairan mencukupi, dan pemberian nutrisi tanaman sering yang bersifat instant berupa pupuk an-organik.  Akibatnya mikro organisme dalam tanah yang berfungsi bersifat pengurai kian menipis, dan kualitas tanah pun baik sifat fisik, kimia, dan biologi tanah menurun. Selanjutnya berdasarkan Epidemiologi penyakit tanaman dikenal istilah “Segitiga Penyakit” (Triangle diseases) yaitu perkembangan penyakit disebabkan oleh 3 faktor : (1) Patogen yang virulen ; (2) Tanaman inang yang rentan ; dan (3) Lingkungan yang mendukung, kemudian berkembang menjadi “Segi empat Penyakit” (Squere diseases) karena perkembangan penyakit tanaman tersebut tidak terlepas dari peran manusia sebagai pengelola usahatani.
Selain itu maraknya  berbagai merk dagang sarana produksi pertanian yang bersifat instant baik pupuk an-organik maupun pestisida sintetis (tercatat diatas 1.070 merk dagang pestisida yang terdaftar). Dengan  pemahaman petani yang kurang dalam menggunakannya secara bijaksana, berdampak petani memilih cara yang praktis dan tidak lagi peduli dengan bahan-bahan alami yang tersedia di lingkungan sekitarnya. Baik sebagai nutrisi tanah dan tanaman, maupun sebagai pestisida nabati.  Akibatnya kualitas tanah memburuk dan perkembangan OPT meningkat.  Ini merupakan efek bumerang bagi petani dan merupakan tantangan bagi para petugas pertanian. Karena  bagaimanapun petani sebagai subyek usahatani, harus mampu menyesuaikan dengan alam terhadap perubahan iklim. Dan  meminimalisir resiko yang akan dihadapi dari gangguan serangan OPT, oleh karenanya petani harus mampu merencanakan usahatani yang dikelolanya sejak dini.
Dari kedua permasalahan di atas, keberadaan petugas pertanian (PPL, POPT, dan KCD) sebagai garda terdepan diharapkan dapat membantu meminimalisir resiko yang dihadapi petani melalui pembentukan “Klinik Tanti” yang diselenggarakan di BPP.
Klinik Tanti (Klinik Tanaman dan Agens Hayati) merupakan layanan informasi pertanian bagi para petani tentang budidaya tanaman sehat dengan menerapkan metode PHT dan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang berbasis ramah lingkungan.
Layanan informasi yang dikembangkan Klinik Tanti yaitu memberi penjelasan teknis dan visual tentang tanaman yang dikelola petani khususnya padi sawah, sekaligus memberi rekomendasi baik dalam rangka perbaikan atau pembenahan hara tanah maupun sosialisasi pengendalian OPT melalui pestisida nabati dan agens hayati.
Jenis-jenis pelayanan yang diselenggarakan dalam Klinik Tanti :
  1. Pengadaan Tanaman Pot (Kebun Serangga)
  2. Pengadaan perpustakaan
  3. Pengadaan tanaman pestisida nabati
  4. Petugas R &D (Research and Development) melakukan koordinasi dengan Instalasi PPOPT dan Balithi Cianjur untuk memperoleh starter agens hayati dan pengawasan mutu produk agens hayati
  5. Perbanyakan agens hayati (Corynebacterium sp, Beauveria bassiana, Metarhizium sp, Trichoderma sp) bekerjasama dengan Kelompok tani binaan, dalam penyediaan stock
  6. Pembuatan kompos plus (kompos mengandung Trichoderma sp)
  7. Memberi rekomendasi pengendalian OPT dengan pestisida secara tepat dan bijaksana maupun sosialisasi pestisida nabati dan agens hayati
  8. Pembinaan Kelompok Tani secara periodik
  9. Implementasi aplikasi agens hayati di lahan petani
  10. Jika memungkinkan melakukan kerjasama dengan kelompok tani membuat petak percontohan
  11. Evaluasi kegiatan tiap akhir musim atau tiap tahun.

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "BPP Cijati : Membuka Pelayanan Klinik Tanti Guna Meningkatkan Optimalisasi Penyuluhan Pertanian"