Tanah Airku

TOTAL FOOTBALL VS UPSUS PAJALE

(MENAKAR KEBERHASILAN SWASEMBADA PANGAN 2017….)

Total Football merupakan salah satu konsep permainan sepakbola dimana setiap pemain dapat menggantikan peran dari pemain lain.
Dalam Total Football, seorang pemain yang berpindah dari posisinya bisa digantikan oleh pemain lain sehingga formasi tim tetap terjaga. Dalam sistem ini, tidak ada pemain yang mempunyai posisi yang paten. Setiap pemain bisa menjadi penyerang, pemain tengah ataupun pemain bertahan.
Total Football sangat bergantung pada kemampuan adaptasi setiap pemainnya untuk berganti posisi sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi. Setiap pemain harus bisa bermain dengan baik di berbagai posisi, termasuk kemampuan teknik dan fisiknya.
Dibalik semua kelebihan yang ada, total football juga memiliki kelemahan. Kelemahan utama adalah masalah kecepatan. Dengan total football ini memang alur permainan cenderung lambat. Apalagi dalam strategi ini, defensif atau pertahanan dibuat tinggi. Jadi, apabila lawan melakukan serangan balik dengan long ball dan cepat, pertahanan bisa ditembus dengan mudah. Selain itu, titik kelemahan ada pada pemain itu sendiri. Tidak semua pemain dapat memainkan peran dengan baik. Dibutuhkan pemain dengan kecerdasan tinggi untuk bisa menyajikan pertandingan yang sempurna. Maka, latihan adalah kunci yang paling menentukan dimana pemain diasah untuk memainkan berbagai peran.
Kaitan dengan UPSUS PAJALE...?
Melalui program Upsus tiga komoditas utama padi jagung kedelai (pajale), pemerintah Presiden Jokowi sangat bertekad untuk mensukseskan kedaulatan pangan dalam 3 tahun ini, yaitu pada tahun 2017. Segala strategi dan upaya dilakukan untuk peningkatan luas tanam dan produktivitas di daerah-daerah sentra produksi pangan. Operasioanalisasi pencapaian target di lapangan benar-benar dilaksanakan secara all in untuk mensukseskan program yaitu dengan penyediaan dana, pengerahan tenaga, perbaikan jaringan irigasi yang rusak, bantuan pupuk, ketersedian benih unggul yang tepat (jenis/varietas, jumlah, tempat, waktu, mutu, harga ), bantuan traktor dan alsintan lainnya yang mendukung persiapan, panen dan pasca panen termasuk kepastian pemasarannya.
Pendampingan/pengawalan Upsus merupakan faktor penting dalam pencapaian target produksi yaitu dengan mengerahkan sumber daya yang tersedia di Kementerian Pertanian.
Dukungan dari TNI Angkatan Darat juga diperoleh dengan ditandatanganinya MOU antara Menteri Pertanian RI dengan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) bahwa seluruh Babinsa akan membantu petani agar program swasembada pangan ini dapat terwujud pada tahun 2017. Dukungan dari jajaran TNI ini telah diwujudkan sejak persiapan pertanaman sampai pengawalan benih dan pupuk. Pelatihan singkat diberikan kepada para Babinsa oleh para pakar yaitu penyuluh, para peneliti dari Dinas Pertanian dan Balitbangtan untuk memudahkan operasionalisasi mereka di lapangan. Beberapa materi pelatihan yang diberikan kepada para Babinsa adalah: optimalisasi lahan, peningkatan penggunaan benih bermutu, penerapan teknologi pemupukan yang tepat, pengamanan produksi dari OPT, serta mengoptimalkan pupulasi tanam melalui teknologi “Jajar Legowo” pada tanaman padi.
Ibarat bermain bola ala total football,.... TNI rela bertukar posisi menjadi petani
Program tersebut mematok target swasembada tiga komoditas pangan strategis tersebut tercapai pada tahun 2017. Untuk tahun 2015 ini target produksi ketiga jenis komoditas itu adalah 73,4 juta ton (2,21%)untuk padi, 20,3 juta ton (5,57%) untuk jagung, dan 1,2 juta ton (26,47%)untuk kedelai.
Untuk menjamin efektivitas kegiatan Upsus di lapangan maka para Penyuluh Pertanian Lapangan diperkuat dan didukung oleh para pemangku kepentingan (stake holder) yang relevan dan kredibel. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan pendampingan itu adalah:
1) TNI Babinsa (Bintara Pembina Desa). Keterlibatan Babinsa ini menjadi motivator bagi petani untuk melaksanakan tanam serentak, perbaikan jaringan irigasi, dan pengendalian hama tanaman (babi, misalnya). Selain itu, kehadiran bintara TNI diharapkan dapat menjadi pengaman dalam penyaluran benih, pupuk, alsintan serta pengamanan jalur irigasi.
2) Mahasiswa/Alumni Perguruan Tinggi. Kehadiran mahasiswa/alumni perguruan tinggi untuk membantu PPL dalam pengawalan dan pendampingan pelaksanaan RJIT, GP-PTT, PAT, POL dan Demfarm; membantu PPL dalam penguatan lembaga tani, pengembangan jejaring kemitraan dengan pelaku usaha, pelaksanaan identifikasi potensi wilayah, serta pelaksanaan demfarm bersama dosen.
3) Dosen perguruan tinggi. Bertindak sebagai pembimbing mahasiswa/alumni pendamping penyuluh, melakukan koordinasi dengan SKPD dan lembaga penyuluh, melaksanakan demfarm bersama mahasiswa.
4) Tim pemantau (supervisor) yang bertanggung jawab melakukan supervisi program pendampingan mahasiswa/alumn
Di atas kertas kita sulit menemukan kelemahan Upsus PAJALE ini, karena itu target swasembada pangan tahun 2017 merupakan sesuatu yang sangat masuk akal. Masalahnya, ungkapan bijak seringkali harus kita ingat adalah “manusia hanya bisa berencana, hasilnya Tuhanlah yang menentukan”. Ungkapan ini seolah pas dialamatkan ke program Upsus Pajale ini, bahkan di awal kelahirannya. Betapa tidak, biaya—yang pasti tidak kecil—yang digelontorkan untuk mengawali kegiatan ambisius ini (mengingat target waktunya hanya 2 tahun) sepertinya akan menguap sia-sia. Itu semua karena alam yang kurang bersahabat. Seperti diketahui, saat ini kawasan lingkar Pasifik sedang mengalami fenomena El Nino. Di Indonesia, fenomena arus yang membawa uap air bergerak ke Timur Pasifik itu menyebabkan kemarau. Kemarau inilah penyebab merananya padi-padi sawah di Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung yang ditanam, dirawat, dan dipantau melalui Upsus PAJALE
Tanda-tanda kegagalan Upsus PAJALE di awal pencanangannya ini sudah sangat terlihat. Bukan karena rancangan sistemnya yang lemah tetapi momen peluncurannya yang tidak tepat. Mengingat iklim masih menjadi tantangan utama dunia pertanian maka sudah seharusnya peluncuran sebuah program, terlebih untuk program berskala nasional yang berbiaya besar seperti Upsus PAJALE ini memperhitungkan tantangan iklim secara cermat. Bagaimana mungkin target produksi bisa dicapai bila tanaman (padi, jagung, atau kedele) mengalami puso akibat kemarau? Tidak sedikit kerugian yang bakal ditanggung negara akibat kegagalan sebuah program (proyek) yang dilaksanakan tanpa perhitungan yang matang. Semoga El Nino segera berlalu. Hujan segera turun. Upsus PAJALE bisa berjalan dengan lebih baik, efektif dan efisien. (dhkms2017).

Sumber :
http://www.kompasiana.com/kanedi/program-swasembada-pangan-jokowi-terancam-gagal_55a151aecf7a61990e8b4568
http://biogen.litbang.pertanian.go.id/index.php/2015/02/upaya-khusus-upsus-swasembada-pangan-2015-2017/

http://heaven7.heck.in/drama-sepakbola-total-fottball-catenacci.xhtml

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TOTAL FOOTBALL VS UPSUS PAJALE "

Post a Comment