Aspek Teknis Kendala Budidaya Padi Hibrida di Kec.Cijati
Kabupaten Cianjur sebagai salah satu kabuaten terluas kedua di Jawa Barat setelah Kab.Sukabumi, mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan pertanian. Terutama dalam upaya peningkatan produksi beras (gabah). Dengan luas sekitar 63.000 ha lahan sawah yang ada, menjadikan Cianjur sebagai salah satu daerah yang berpotensi dalam peningkatan produksi gabah. Dengan melakukan intensifikasi teknologi , termasuk didalamnya aspek perbenihan percepatan peningkatan produksi bukan mustahil dapat tercapai. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah dengan introduksi benih padi hibrida, yang dikenal mempunyai potensi hasil yang cukup tinggi (mampu mencapai hasil 14 ton per ha). Untuk Kecamatan Cijati pengenalan benih padi hibrida sudah dimulai, yaitu dilaksanakan pada MH II bulan April Tahun 2008 seluas 40 ha. Pelaksanaan percontohan kedua seluas 40 ha dilaksanakan pada MH I tahun 2009 melalui kegiatan pendampingan SL PTT padi hibirda. Pelaksanaan percontohan ketiga dilaksanakan pada MH I bulan Nopember tahun 2010 dan saat ini tanaman belum dipanen. Ketiga pelaksanaan percontohan tersebut dengan melibatkan petani, karena dilaksanakan dilahan milik petani.
Berdasarkan pengalaman pelaksanaan percontohan penanaman padi hibrida di Kecamatan Cijati, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Untuk penanaman tahun 2008 varetas yang ditanam adalah SL 8 SHS dengan hasil yang dicapai adalah 8,4 ton per ha GKG
b. Untuk penanaman tahun 2009 varietas yang ditanam adalah Intani II dan Bernas Prima dengan hasil yang dicapai rata-rata untuk kedua jenis tersebut adalah 8,45 ton per GKG.
Bila dibandingkan dengan varietas inbrida (varietas Ciherang) capaian produktivitas tersebut relatif terdapat peningkatan sebesar 24% - 30%. Namun jika dibandingkan dengan potensi hasil yang mampu dicapai oleh padi hibrida yaitu pada titik 12 – 14 ton GKG per ha. Maka pencapaian aktual tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan. Oleh karena itu telaahan terhadap faktor-faktor penyebab ketidaktercapaian target menjadi masalah yang cukup penting untuk diananlisa. Berdasarkan pengamatan dilapangan beberapa aspek yang menjadi faktor kendala ketidaktercapaian target produksi padi hibrida di Kec.Cijati adalah sebagai berikut :
1. Petani belum mempunyai pengalaman dalam mengelola tanaman padi hibrida. Hal ini terlihat dalam proses penyiapan benih yang tidak memperhatikan prosedur yang terdapat dalam kemasan. Sejauh ini petani dalam melakukan penyiapan benih, diperlakukan seadanya tanpa melihat keharusan sebagimana mestinya.
2. Dalam aplikasi pemupukan petani kurang memperhatikan konsep pemupukan berimbang. Kasus yang terjadi pada saat tanaman padi hibrida usia menjelang panen ternyata mengalami roboh (ayeuh) sebab teknisnya karena hempasan angin. Tetapi setelah dilakukan diskusi dengan petani, ternyata faktor lainya adalah pemberian dosis urea yang berlebihan (300 kg urea per ha). Hal ini menyebabkan kehilangan hasil sebanyak 25% dari taksiran pencapaian hasil yang seharusnya dicapai.
3. Pengaturan jarak tanam belum menggunakan ukuran jarak tanam yang optimal,yakni masih menggunakan sistem tegel (ukuran 25 x 25 cm). Dengan menggunakan jarak tanam sistem legowo tentunya hasil diperoleh akan meningkat, dari penerapan jarak tanam sistem tegel.
4. Adanya serangan OPT yang terjadi secara serempak untuk tanaman padi hibrida, yaitu penyakit jamur ustilago (cendawan).
5. Sistem pengarian belum menerapkan sistem pengairan berselang. Karena menyangkut sarana irigasi yang belum menggunakan irigasi teknis. Mengingat sebagian besar areal pesawahan di Cijati adalah saawah tadah hujan dan irigasi pedesaan.
6. Curah hujan yang tinggi pada saat musim tanam padi hibrida dilaksanakan terutama pada bulan basah (Bulan Nopember – Desember 2009)
7. Minat dan animo petani yang kurang menyenangi selera dan rasa dari beras padi hibrida, karena kurang pulen dibandingkan dengan ciherang. Sehingga mempengaruhi harga jual gabah.
8. Penerapan sistem panen dan pengelolaan pasca panen belum sepenuhnya menggunakan konsep efektifitas dan efisiensi. Karena sebagian besar petani belum menggunakan sabit bergerigi dan alat perontok yang efisien. Petani di Cijati masih menggunakan alat perontok manual dari kayu dan bambu. (dh/jan2011).
0 Response to "Aspek Teknis Kendala Budidaya Padi Hibrida di Kec.Cijati"
Post a Comment