KAPASITAS KERJA PENGOLAHAN TANAH
Yang dimaksud dengan kapasitas kerja adalah kemampuan kerja suatu alat atau mesin memperbaiki
hasil (hektar, kg, lt) per satuan waktu. Jadi kapasitas kerja pengolahan tanah adalah berapa hektar kemampuan suatu alat dalam mengolah tanah per satuan waktu.
Sehingga satuannya adalah hektar per jam atau jam per hektar atau hektar
per jam per HP traktor. Kapasitas kerja suatu alat pengolahan tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
1.
Ukuran dan bentuk
petakan
2.
Topografi wilayah
: datar, bergelombang atau berbukit,
3.
Keadaan traktor :
lama dan baru
4.
Keadaan vegetasi
(tumbuhan yang ada) dipermukaan tanah : alang-alang atau
semak belukar
5.
Keadaan tanah :
kering, basah, atau lembap, liat atau berlempung, atau keras
6.
Tingkat
keterampilan operator : sudah berpengalaman, terampil atau belum
berpengalaman
7.
Pola
pengolahan tanah : pola spiral, pola tepi, pola tengah, dan pola alfa.
Pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kapasitas
kerja alat adalah:
1.
Ukuran dan bentuk
petakan: Ukuran dan atau bentuk petakan sangat mempengaruhi efisiensi kerja
dari pengolahan tanah yang dilakukan dengan tenaga tarik hewan ataupun dengan
traktor. Dengan pengaruhnya terhadap pencangkulan tidak begitu besar. Ukuran
petakan yang sempit akan mempersulit beloknya hewan penarik atau traktor,
sehingga efisiensi kerja dan kapasitas kerjanya rendah. Untuk mencapai
efisiensi kerja dan kapasitas yang tinggi, maka ukuran luas petakan harus
disesuaikan dengan tenaga penarik yang digunakan.
2.
Topografi wilayah:
Keadaan topografi wilayah meliputi keadaan permukaan tanah dalam wilayah secara
keseluruhan. Misalnya keadaan permukaan wilayah tersebut datar atau berbukit
atau bergelombang. Keadaan ini diukur dengan tingkat kemiringan dari permukaan
tanah yang dinyatakan dalam (%). Kemiringan yang baik untuk penggunaan tenaga
hewan dan traktor dalam pengolahan tanah adalah sampai 3 persen (relatif
datar). Kemirngan tanah yang lebih dari 3 persen yang masih bisa dikerjakan tractor
adalah 3 sampai 8 persen dimana pengolahan tanahnya dilakukan dangan mengikuti
garis ketinggian (contour farming system ). Bagi daerah yang berbukit-burkit
diamana bentuk petakan yang tidak teratur dan luasnya yang kecil, maka cangkul
sangat cocok untuk daerah ini. Pola terahir ini disebut dengan sistem
penterasan, dimana sawah-sawah berbentuk teras-teras yang mengikuti garis
ketinggian. Bentuk petakan teratur akan memudahkan pekerjaan pekerjaan
pengolahan tanah sehingga efisiensinya akan lebih tinggi dibandingkan dengan
yang tidak teratur.
3.
Keadaan traktor:
Keadaan traktor juga akan dipengaruhi kapasitas kerja pengolahan tanah. Keadaan
traktor disini berarti apakah traktor masih baru atau sudah lama. Jadi
menyangkut umur ekonomi traktor itu sendiri. Traktortraktor sudah lama dipakai
berarti umur ekonominya sudah habis atau malah sudah terlewatkan, sehingga
sudah banyak bagian traktor yang sudah aus sehingga sering timbul kerusakan.
Kerusakan–kerusakan akan menyangkut masalah waktu, tenaga serta biaya. Sehingga
pekerjaan tidak akan efisien lagi.
4.
Keadaan vegetasi:
Keadaan vegetasi permukaan tanah yang diolah juga dapat mempengaruhi
efektivitas kerja dari bajak atau garu yang digunakan. Tumbuhan semak atau
alang-alang memungkinkan kemacetan akibat penggumpalan pada alat karena
tertarik atau tidak terpotong. Pengolahan tanah pada alang-alang atau bersemak
akan lebih efektif bila digunakan bajak piringan atau garu piring. Karena bajak
atau garu ini memiliki konstruksi yang berupa piringan dan dapat berputar
sehingga kecil kemungkinan untuk macet.
5.
Keadaan tanah:
Keadaan tanah meliputi sifat-sifat fisik tanah, yaitu keadaan basah (sawah),
kering, berlempung, liat atau keras. Keadaan ini menentukan jenis alat dan
tenaga penarik yang digunakan. Disamping itu juga mempengaruhi kapasitas kerja
dari pengolahan tanah. Tanah yang basah memberikan tahanan tanah terhadap
tenaga penarik relatif lebih rendah dibanding dengan tanah kering. Akan tetapi
pada tanah basah (sawah) memungkinkan terjadi slip yang lebih tinggi
dibandingkan pada tanah kering. Penggunaan traktor tanah pada tanah sawah dan
tanah kering biasanya digunakan roda besi tambahan pada kedua rodanya agar
dapat memperkecil slip roda yang terjadi. Akhir-akhir ini IRRI Filipina (International
Rice Research Institute ) telah mengembangkan traktor dengan kedua rodanya terbuat
dari besi yang terdiri dari lempeng-lempeng besi yang khususdirancang untuk
pengolahan tanah sawah. Demikian juga traktor 4 roda, bila digunakan pada tanah
sawah kedua roda belakangnya dipasang roda besi tambahan guna memperkecil slip
rodanya. Bajak piring atau garu piring lebih efektif bekerja pada tanah kering
dibanding pada tanah basah. Sedangkan bajak singkal lebih efektif bila
digunakan pada tanah yang basah, agak liat dibanding pada tanah kering.
6.
Tingkat
keterampilan operator: operator yang berpengalaman dan terampil akan memberikan
hasil kerja dan efisiensi kerja yang lebih baik dibanding operator yang belum
terampil dan belum berpengalaman. Oleh karena itu dalam penggunaan traktor
untuk pengolahan tanah, perlu terlebih dahulu memberikan latihan terampil
kepada operator yang menjalankannya. Usaha ini untuk memberikan hasil pekerjaan
yang lebih efisien dan lebih efektif.
7.
Pola pengolahan
tanah: Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan waktu yang hilang karena
belokan selama pengolahan tanah. Pola pengolahan harus dipilih dengan tujuan
untuk memperkecil sebanyak mungkin pengangkatan alat. Karena pada waktu
diangkat alat itu tidak bekerja. Oleh karena itu harus diusahakan bajak atau
garu tetap bekerja selama waktu operasi dilapangan. Makin banyak pengangkatan
alat pada waktu belok, makin rendah efisiensi kerjanya. Pola pengolahan tanah
yang banyak dikenal dan dilakukan adalah pola spiral, pola tepi, pola tengah
dan pola alfa (pada gambar 28). Pola spiral yang paling banyak digunakan karena
pembajakan dilakukan terus menerus tampa pengangkatan alat. Dari uraian dimuka
jelas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang disebutkan tadi sangat besar pengaruhnya
terhadap kapasitas kerja pengolahan tanah. Oleh karena itu, dalam rencana
melaksanakan pembukaan lahan atau pencetakan sawah keenam faktor tersebut harus
dipertimbangkan dan diperhatikan. Pada tabel 1. berikut ini diberikan beberapa
kasus kapasitas kerja pengolahan tanah menurut jenis alat penarik. Satuan
kapasitas kerja pada Tabel ini adalah hektar per jam per Hp traktor untuk
tenaga penarik dan hektar per musim untuk tenaga ternak.
Dengan menggunakan
angka kapasitas kerja (Ha/Jam/Hp) dapat ditentukan kapasitas kerja dari suatu
traktor yang diketahui tenaga mesinnya. Misalnya terdapat suatu unit traktor
tangan dengan tenaga mesinnya 8 HP dan bajaknya adalah bajak rotary. Jika traktor
ini mengolah tanah sawah sebanyak 2 kali bajak sampai siap tanam, maka kapasitas
kerja (Ha/jam) adalah :
8 Hp x 0,007
Ha/jam Hp = 0,056 Ha/jam
Sumber referensi :
MK.Mekanisasi Pertanian (Zulfikar, S.P., M.P)
0 Response to "KAPASITAS KERJA PENGOLAHAN TANAH"
Post a Comment