Tanah Airku

Titik Kritis Pelaksanaan Survey KSA

 


Hingga saat ini pengumpulan  luas panen padi maupun palawija masih menggunakan metode konvensional dengan menggunakan dokumen statistik pertanian (SP). Pengumpulan data luas panen tersebut masih didasarkan pada hasil pandangan mata (eye estimate) petugas pengumpul data. Meskipun secara praktek, metode tersebut mudah diterapkan tetapi masih memiliki kekurangan. Rendahnya akurasi data dan waktu pengumpulan data yang cukup lama.
Saat ini BPS mencoba menggunakan tekonologi aplikasi yang mengintegrasikan data spasial dan data lapangan melalui Kerangka Sampel Area (KSA).

Survei KSA itu merupakan salah satu tugas dari BPS untuk mendapatkan data mengenai luas panen tanaman pangan padi dan jagung. Survei KSA ini juga untuk mengetahui perkembangan fase tanaman pangan padi dan jagung, serta sebagai rujukan dasar untuk sampel ubinan padi.

Berbeda dengan survei-survei lain yang pernah dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), survei tanaman pangan terintegrasi dengan metode kerangka sampel area (KSA)  muncul dengan pendataan yang modern. KSA memanfaatkan smartphone berbasis android  dan menggunakan aplikasi KSA yang dikembangkan oleh BPPT untuk pengumpulan datanya.

Survei KSA di Indonesia mulai dilaksanakan pada tahun 2017 untuk provinsi-provinsi di Pulau Jawa kecuali Provinsi DKI Jakarta, dan pada tahun 2018 ini dilaksanakan di seluruh provinsi.

Pelaksanaan Survei KSA diawali dengan pelatihan petugas , Pelatihan tersebut diadakan untuk melatih petugas lapangan agar memiliki pemahaman yang sama terkait konsep, tata cara pendataan dan cara menggunakan aplikasi KSA. Setelah pelatihan di kelas, diadakan try out di daerah persawahan agar petugas tidak hanya membayangkan pekerjaan yang akan dilakukan nantinya, tetapi tahu betul pekerjaan  petugas nantinya.

Pendataan survei KSA dilakukan setiap bulan, mulai Januari hingga Desember. Pendataan dilakukan setiap 7 (tujuh) hari terakhir setiap bulan sesuai beban tugas yang telah diberikan. Setiap petugas memiliki beban tugas berkisar 3 – 8 segmen, dan disetiap segmen petugas harus mengunjungi dan melaporkan  hasil pengamatan untuk 9 titik amat yang telah ditentukan. Bentuk laporannya adalah pengiriman data nilai pengamatan dan foto hasil pengamatan melalui aplikasi KSA.

Dalam kegiatan “KSA” dilakukan pengamatan fase tumbuh padi pada titik-titik pengamatan dalam sampel segmen berupa bujur sangkar. Luas kerangka sampel area (segmen) ditetapkan sebesar 300 m x 300 m agar dapat mengakomodir banyaknya segmen dan sebarannya untuk memperoleh estimasi hingga level kecamatan. Satu segmen terdiri dari sembilan subsegmen yang berukuran 100 m x 100 m dan memiliki titik tengah sebagai tempat titik pengamatan fase tumbuh padi. Dalam melakukan pengamatan petugas lapangan menggunakan handphone  dengan sistem operasi android yang didukung fitur kamera dan GPS dengan aplikasi KSA yang harus diinstal di dalamnya. Melalui aplikasi KSA ini petugas melakukan perekaman dan pengiriman data hasil pengamatan masing-masing segmen di lapangan.

Implementasi KSA dimulai dengan pembangunan kerangka sampling dengan memanfaatkan beberapa data spasial, yaitu peta administrasi, peta sawah, peta tutupan lahan, dan peta topografi. Kerangka sampel dibangun dengan meng-overlay peta-peta tersebut secara bersamaan. Kerangka sampel kemudian dikelompokkan menjadi empat strata sebagai berikut:

• Strata-0 (S-0) yang berisi poligon dari lahan yang tidak dapat ditanami, seperti hutan, perkebunan, kolam, badan air, dan pemukiman. Strata ini akan dikeluarkan dari pemilihan sampel.

• Strata-1 (S-1) memuat poligon sawah beririgasi, baik dibudidayakan setahun sekali, dua kali atau lebih. Segmen dalam strata ini akan dipilih sebagai sampel.

• Strata-2 (S-2) berisi poligon sawah non-irigasi atau tadah hujan. Segmen dalam strata ini juga akan dipilih sebagai sampel.

• Strata-3 (S-3) berisi poligon yang diduga sawah, yang dalam praktiknya sebenarnya adalah poligon lahan kering.

Setelah kerangka sampel area distratakan, kerangka sampel kemudian dibagi menjadi grid dan sub-grid berukuran 6 km x 6 km dan 300 m x 300 m. Sampling acak kemudian diterapkan untuk mendapatkan sampel segmen. Sampel segmen terpilih dilengkapi dengan informasi georeferensi dan informasi ID (kode provinsi, kabupaten, kecamatan, dan kode pengacakan) yang kemudian diamati secara periodik (bulanan) oleh surveyor.

Pengamatan lapangan Survei KSA dapat dianggap sebagai studi panel karena sampel segmen yang sama akan diamati setiap bulan tanpa penggantian sampel. Dalam melakukan pengamatan lapangan, surveyor menggunakan smartphone yang dilengkapi dengan aplikasi Android, yang secara khusus dikembangkan untuk KSA. Surveyor mengamati fase pertumbuhan dan mengambil gambar di titik pusat semua sub-segmen dalam segmen yang dipilih. Ada sembilan sub-segmen di setiap segmen berukuran 100 m x 100 m untuk diamati oleh seorang surveyor. Informasi fase pertumbuhan dan gambar yang diperoleh dari masing-masing sub-segmen kemudian dikirim ke pusat pengolahan data (server) secara online. Prosedur ini dapat meminimalisasi subjektivitas dalam mengidentifikasi fase pertumbuhan tanaman padi. Hasil akhir adalah estimasi luas tanaman padi sesuai dengan fase pertumbuhan, yaitu persiapan lahan, vegetatif, generatif, dan panen. Ilustrasi fase tumbuh tanaman padi yang yang diamati petugas lapangan. Selain fase tumbuh, petugas juga mengumpulkan hasil amatan lainnya, yaitu puso/rusak, bukan sawah, dan sawah yang tidak ditanami padi.

Titik Kritis Pelaksanaan Survey KSA

Beberapa aspek yang menjadi titik lemah dalam pelaksanaan Survei Kerangka Sampel Area (KSA) BPS adalah :

a)      Sulitnya menjangkau lokasi tertentu. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti: Lokasi berada di hutan yang lebat, Lokasi berada di tengah hutan dan harus melewati sungai, Lokasi sulit diakses.

b)     Selain itu dimungkinkan sampel KSA berada di luar batas administrasi sehingga menimbulkan potensi bias dalam perhitungan luas panen suatu daerah.

c)      Potensi ketidaksesuaian antara Lokasi sampel KSA berdasarkan kriteria polygon S1,S2 dan S3 dengan kondisi actual dilapangan. Hal ini menyebabkan titik Lokasi sampel KSA yang berada dalam suatu daerah yang tidak ada lahan sawahnya.  

Untuk mengatasi hal ini, BPS dapat mengusulkan penggantian sampel pada lokasi-lokasi yang sulit dijangkau. Penggantian sampel dapat dilakukan jika dalam satu segmen terdapat lebih dari lima subsegmen yang menunjukkan kenampakan lahan bukan sawah. Selain itu, penggantian sampel juga dapat dilakukan jika ada lebih dari satu subsegmen yang tidak dapat diakses.

Untuk mengusulkan penggantian sampel, petugas dapat melampirkan bukti foto subsegmen dan mengisi form usulan penggantian sampel segmen.

Penulis. Sept.2024

Referensi

https://rembangkab.bps.go.id/id/news/2017/06/07/103/pelaksanaan-survei-kerangka-sampel-area--ksa--2017-bps-kabupaten-rembang.html

Memperbaiki Data Pangan Indonesia Lewat Metode Kerangka Sampel Area. (Kadir Ruslan) Center for Indonesian Policy Studies. Juli 2019

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Titik Kritis Pelaksanaan Survey KSA "

Post a Comment