Dinamika Pembangunan Pertanian Cianjur (permasalahan dan pemecahnnya)
A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa secara sosiologis,demografis dan ekonomis, pertanian merupakan
sektor yang memiliki keunggulan komparatif bagi Kabupaten Cianjur . Budaya masyarakat dengan dukungan agroklimat yang memadai telah terbukti menjadikan Cianjur sebagai salah satu sentra produksi pertanian yang diandalkan khususnya sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Dengan jumlah produksi gabah 800.000 ton GKG/tahun menjadikan Kabupaten Cianjur nomor 6 (enam) sebagai penyumbang terbesar terhadap jumlah produksi gabah di Propinsi Jawa Barat (BPS,2014). Selain itu sektor pertanian masih terbukti sebagai salah satu sumber mata pencahrian sebagian besar masyarakat Cianjur .
Dari jumlah angkatan kerja sebanyak 1.026.245 (BPS,2014) sebanyak 41,96% (430.612 orang) bekerja di sektor pertanian. Hal ini menjadikan sektor pertanian menjadi tempat bergantung sebagian besar penduduk Cianjur . Melihat data statistik (BPS,2015) antara tahun 2013 - 2015 bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Cianjur sebesar 37 % . Kenyataan ini menunjukan bahwa secara struktural pertanian masih menjadi penopang perekonomian Cianjur .
Dengan melihat alasan tersebut di atas sangat beralasan bilamana sektor pertanian Cianjur perlu mendapatkan ekstra perhatian dalam upaya memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Cianjur khususnya. Fakta dilapangan menunjukkan meskipun sejauh ini pertanian telah memberikan kontribusi dalam roda pembangunan di Kabupaten Cianjur , tetapi tidak luput dari sejumlah permasalahan yang dihadapi saat ini. Kondisi ini tentunya menjadi tantangan bagi semua pemangku kepentingan (stakehoder) yang ada dilingkungan Pemkab Cianjur , bagaimana upaya yang dilakukan dalam rangka memaksimalkan peran sektor pertanian untuk memenuhi hajat hidup seluruh warga Cianjur , dan yang lebih penting bagaimana caranya agar pertanian menjadi poros perekonomian yang handal bagi Cianjur .
Visi Kabupaten Cianjur dengan slogan Cianjur lebih maju dan agamis, secara prinsipil memberikan ruang yang leluasa bagi sektor pertanian agar lebih maju dan produktif. Dengan memaksimumkan segala potensi yang ada dan kekhasan yang dimiliki Cianjur , diharapkan pertanian Cianjur mampu merambah lingkungan global. Serta menjadikan Cianjur sebagai sentra pertanian dan menjadi tujuan (destinasi) wisata pangan baik regional,nasional, maupun global (Internasional).
Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan sebuah upaya yang mendasar dalam upaya mengatasi sejumlah problema yang dihadapi dalam sektor pertanian Cianjur. Melalui paper ini kami berupaya mencari solusi terhadap sejumlah masalah pokok yang di hadapi, dan alternatif jalan keluar apa yang mungkin bisa dilakukan.
B. Permasalahan Yang Dihadapi :
1. Minat dan Upah Buruh Yang Rendah
Proses kelangsungan pembangunan pertanian Cianjur untuk saat ini dan ke depan akan mengalami masa krisis. Hal ini terkait dengan minat dan animo untuk bekerja di sektor pertanian mulai kurang kepercayaan. Khususnya untuk kalangan usia sekolah menengah dan perguruan tinggi,minat untuk menempuh pendidikan jurusan pertanian mulai menyusut. Hal ini akan berpengaruh terhadap krisis tenaga terdidik yang bekerja di sektor pertanian ke depan.
Selain itu dengan pola kerja sektor pertanian yang musiman (siklis), ada masa jeda dimana waktu bekerja tidak ada menjadikan pendapatan buruh tani menjadi berkurang dan rendah. Untuk setiap orang buruh tani jika diasumsikan setiap musim tanam bekerja selama 30 hari kerja, dengan tarif upah harian Rp.75.000,- untuk buruh laki-laki dan Rp.50.000,- untuk buruh wanita. Dalam 1 (satu) tahun maksimum hanya 3 (tiga) kali musim tanam, maka pendapatan bulanan buruh tani laki-laki hanya sebesar Rp.562.500,- dan buruh wanita hanya Rp.375.000,. Bila dibandingkan dengan UMK Kab.Cianjur buruh karyawan di sektor manufaktur (pabrik) dengan pendapatan 1,65 jutaan per bulan, maka pendapatan buruh tani masih jauh lebih kecil.
2. Mengejar Hasil Produksi
Salah satu yang dianggap kelemahan sistem pertanian saat ini adalah terlalu fokus dalam aspek budidaya dengan tujuan mengejar hasil produksi. Hal ini akan berakibat penurunan tingkat kesuburan lahan, karena lahan pertaniannya terlalu di eksploitasi. Serta kurangnya memperhatikan pelestarian lingkungan karena sangat intens menggunakan sarana produksi yang tidak ramah lingkungan (bahan kimiawi). Disamping itu keterbatasan lahan pertanian menjadi masalah tersendiri, karena adanya ancaman alih fungsi lahan pertanian sawah ke non sawah. Sementara upaya pencetakan sawah baru bukan perkara yang mudah untuk dilaksanakan. Memerlukan serangkaian proses perencanaan yang matang terutama pertimbangan sumber pengairan yang mendukung. Masalah lainnya yang mengiringi diantaranya kurangnya optimalisasinya lahan HGU yang terlantar, kurang efektifnya lahan-lahan milik desa untuk kegiatan pertanian karena minimnya sumber pengairan. Disisi lain kurangnya intensifikasi (peningkatan pola tanam) lahan pertanian yang eksis menjadi masalah tersendiri yang harus segera diatasi.
3. Kesesuaian Kebutuhan Alat Mesin Pertanian (Alsintan)
Khusus untuk kebutuhan alsintan yang bersumber dari bantuan pemerintah saat ini bersifat top down, artinya kurang memperhitungkan kesesuaian topografi daerah. Misalnya untuk daerah dengan kondisi lahan sawah yang memiliki kecuraman, maka bantuan alsintan traktor roda dua dengan spesifikasi 8,5 PK keatas menjadi kurang optimal. Karena merepotkan ketika melakukan mobilisasi.
4. Anggaran
Sejauh ini aspek alokasi penganggaran sektor pertanian masih dianggap belum memadai jika dibandingkan dengan target yang harus dicapai. Peran dana APBD II ( murni ) belum maksimal, hal ini terbukti peran dana APBD II rata- rata pertahun hanya kurang lebih 0,3% (4 M )
5. Fasilitas Tempat Penyimpanan Cadangan Pangan (Lumbung Pangan)
Salah satu keberhasilan program ketahanan pangan adalah adanya kesediaan cadangan pangan yang real di masyarakat. Hal ini dicirikan adanya lokasi lokasi lumbung pangan yang potensial. Saat ini Cianjur mengalami kondisi yang ironis, disatu sisi produksi pangan (Padi) melimpah tetapi stok pangan ditingkat lokal mengalami kelangkaan dan kekurangan. Sehingga mendorong petani untuk menjual gabah hasil panen. Merajarelanya tengkulak merupakan hal yang biasa terjadi pada setiap menjelang musim panen tiba.
6. Pengelolaan Sarana dan Sumber Pengairan
Sebagian besar lahan sawah di Cianjur adalah sawah tadah hujan. Kesediaan sarana pengairan dan kesediaan sumber pengairan yang mengalami kendala, yakni kurangnya sumber-sumber pengairan yang mendukung, sehingga masalah ini kerap kali muncul ke permukaan manakala musim kemarau datang.
7. Kesuburan Lahan
Sudah menjadi rahasia umum, semenjak Tahun 1980-an melalui berbagai program pertanian yang dijalankan melalui program-program pertanian yang sarat dengan penggunaan pupuk berbahan kimia. Kondisi ini berpengaruh terhadap kualitas kesuburan lahan sawah yang ada di Cianjur . Melalui penggunaan pupuk Urea,SP-36, KCL, dan NPK, secara perlahan namun pasti telah menyebabkan penurunan kesuburan lahan tingkat kesuburan lahan.
8. Peranan Bulog Dalam Menangani Hasil Produksi.
Pada prinsipnya kehadiran Bulog diharapkan menjadi penyangga ketika terjadi penurunan harga jual gabah. Sejauh ini penerapan Inpres No.5 Tahun 2015 tentang penetapan harga pokok pembelian (HPP) gabah Rp.3700/kg untuk gabah kering panen dan Rp.4600/kg untuk gabah kering giling (GKG) belum optimal.
9. Data lahan dan poktan perlu divalidasi
Keberadaan lahan dan kelompok tani saat ini merupakan faktor kunci yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan program pertanian. Akan tetapi masih terdapat masalah yang terkait dengan aspek ini, yaitu belum adanya validasi data lahan sawah aktual yang ada di Cianjur dalam bentuk data serta belum terevaluasinya keberadaaan kelompok tani yang aktif dan non aktif. Pengolahan data belum menggunakan sestem teknologi.
10. Pemberdayaan Bibit lokal yang belum optimal
Salah satu yang menjadi keunggulan komoditi pertanian Cianjur adalah varietas padi lokal pandanwangi. Namun dalam prakteknya proses pengembangan komoditi padi ini belum memuaskan. Hal ini terkait dengan upaya pemulyaan dengan pemuliaan bibit dan penyebaran lokasi penanamannya yang masih terbatas di beberapa kecamatan saja, yaitu di kecamatan Warungkondang,Cibeber, Cianjur , Cilaku, Gekbrong, dan Cugenang.
11. Kualitas SDM
Pelaku utama kegiatan pertanian adalah petani, akan tetapi masalah klasik yang masih dijumpai terkait dengan petani adalah rendahnya kualitas pendidikan dan keterampilan petani. Hal ini disebabkan karena kepemilikan asset pertanian yang kurang memadai, sehingga menyebabkan keterbatasan pendapatan dan keterbatasan dalam mengakses dunia pendidikan.
12. Restrukturisasi dan efektifitas agropolitan dan agrobisnis
Kabupaten Cianjur memiliki kedekatan dengan wilayah ibukota sehingga peluang memasarkan komoditi pertanian menjadi tinggi. Kesempatan petani Cianjur untuk beragribisnis menjadi terbuka lebar. Ditunjang dengan adanya agropolitan dianggap bisa memfasilitasi pengembangan komoditi pertanian khususnya hortikultura. Akan tetapi peluang usaha agribisnis belum terakses secara maksimal ( belum mampu bekerjasama dengan para pemodal ). Petani Cianjur, dan peran agropolitan belum maksimal. Oleh karena itu perlu adanya restrukturisasi dan efektifitas agropolitan dan agrobisnis.
13. Pengembangan Potensi Lokal
Salah satu jalan terobosan untuk meningkatkan pendapatan petani adalah dengan membuka pengembangan potensi komoditi pertanian lokal, seperti padi pandanwangi, buah manggis, bunga krisan dll. Diperlukan dukungan dalam aspek promosi dan permodalan serta melindungi kekayaan komoditi pertanian Cianjur. Hal ini yang dianggap masih perlu di perhatikan.
14. Peranan Dunia Usaha
Pola kemitraan usaha pertanian sangat diperlukan dalam upaya membumikan agribisnis di Cianjur. Sementara potensi komoditi pertanian yang berpeluang untuk dilakukan kemitraan cukup besar, seperti Kacang Tanah,Ubikayu,Jagung,Pisang,dll. Sejauh ini hanya komoditi hortikultura yang mampu menjangkau kemitraan dengan pengusaha (supermarket).
15. Minimnya Ketokohan Yang Bergerak Dibidang Pertanian.
Secara objektif belum adanya tokoh yang sukses baik kalangan petani, maupun pengusaha pertanian yang ada di Cianjur yang bisa memberikan kesan kepada pertanian, bahwa usaha dalam bidang pertanian di anggap tidak menjanjikan.
16. Lemahnya Partisipasi Petani Dalam Perencanaan Pertanian
Salah satu kebijakan pemerintah dalam pengembangan pertanian adalah masih adanya sekat yang membatasi peran petani dalam proses perencanaan pertanian, sehingga saat ini petani hanya bersifat pasif dan hanya menerima program yang sudah jadi untuk dilaksanakan.
17. Pemantauan,pengawasan dan penindakan
Aspek ini pada praktiknya belum terlaksana dengan baik dan sesuai dengan harapan, terutama menyangkut aspek pemantauan dan pengawasan terhadap sarana produksi pertanian yang masuk dalam katagori barang bersubsidi (khususnya pupuk subisidi ) dan barang bantuan pemerintah lainnya sebagai akibat belum maksimalnya aparatur di daerah
18. Peranserta PPL
Dunia penyuluhan pertanian Cianjur saat ini masih mempunyai sejumlah kendala, diantaranya jumlah tenaga penyuluh yang berkurang (purnabakti),kualitas penyuluh yang belum adaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial dan perkembangan teknologi. Oleh karena perlu upaya upaya yang efektif dalam rangka meningkatkan peran serta penyluh dalam pengembangan pertanian Cianjur . Keanekaragaman latarbelakang penyuluh.
19. Perlindungan Lahan Pertanian
Diakui atau tidak, bahwa perkembangan ekonomi akan berdampak terhadap pertanian khususnya ancaman terhadap lahan pertanian produktif (sawah). Ancaman yang dimaksud adalah meningkatnya peluang alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, maka sangat logis diperlukan usaha usaha pencegahan dan perlindungan khususnya terhadap lahan sawah produktif.
20. Perkembangan Jumlah Penduduk
Salah satu penyebab utama peningkatan kebutuhan pangan adalah lonjakan jumlah penduduk. Dengan pertambahan penduduk akan berkorelasi dengan pemenuhan bahan pangan pokok penduduk khususnya di Cianjur . Meskipun laju pertambahan penduduk Cianjur hanya 0,52% (BPS,2015), tetapi dengan adanya peluang penyusutan lahan pertanian secara jangka panjang akan menjadi kendala tersendiri.
21. Pola Konsumsi Pangan Pokok Penduduk
Saat ini tingkat konsumsi rata rata penduduk dalam mengkonsumsi beras adalah 110,52 kg/tahun/kapita (BPS,2014).Bila dibandingkan dengan angka rata rata konsumsi nasional 105 kg/tahun/kapita, maka pola konsumi beras warga Cianjur termasuk dalam katagori tinggi. Kedepannya perlu diupayakan penurunan angka konsumsi agar permintaan pangan pokok beras menjadi berkurang. Karena semakin tinggi angka konsumsi, maka target pencapaian produksi semakin meningkat.
C. Alternatif Pemecahan Masalah Permasalahan Yang Dihadapi :
Dari beberapa kendala yang dijelaskan tersebut diatas, maka terdapat beberapa alternative pemecahan masalah, yaitu :
1. Minat dan Upah Buruh Yang Rendah
Salah satu jalan keluar untuk meningkatkan minat dan animo masyarakat terhadap pertanian adalah menjadikan pertanian sebagai magnet dalam lapangan pekerjaan. Yakni dengan cara memberikan kepastian pemasaran hasil pertanian (prospek pasar), Dinas pertanian Cianjur membantu memberikan informasi harga pasar komoditi pertanian,mempertemukan petani dengan pengusaha khususnya agroindustri, membantu dalam permodalan, serta memberikan iklim investasi agroindustri di wilayah pedesaan.
Untuk meningkatkan rendahnya insentif buruh tani, pemerintah menggalakan program diversifikasi usaha tani. Agar jeda waktu yang ada bisa terisi dengan aktivitas usaha lainnya misalnya melalui program mina padi (padi-ikan), padi-ikan-bebek, tumpang sari padi dengan sayuran semusim,dll.
2. Mengejar Hasil Produksi
Untuk mengatasi aspek kesuburan lahan pertanian, Dinas pertanian Cianjur secara pasti menggalakan program pertanian organik. Dengan cara mengoptimalkan sumberdaya lokal, seperti pembuatan kompos jerami, kompos kotoran ternak, dimana Dinas pertanian Cianjur membantu dalam proses teknologinya.
Selain itu untuk mengatasi problem alih fungsi lahan pemerintah Cianjur segera melakukan kebijakan pengehentian dalam proses perijinan bagi pihak pihak yang akan melakukan investasi dengan sasaran di lahan pertanian.
Untuk lahan pertanian terlantar yang dimiliki desa segera di berdayakan dengan cara penyedian sumber pengairan baik secara alami dengan perbaikan sarana irigasi, maupun buatan dengan cara pembuatan sumur dangkal,embung dll.
Bagi lahan non produktif yang dikuasi dengan hak HGU pemerintah melakukan evaluasi dan tinjauan ulang proses perpanjangan hak HGU nya.
Untuk pola kegiatan intensifikasi Dinas pertanian Cianjur mengintsruksikan pola tanam terpadu misalnya padi-padi-palawija atau padi-padi-sayuran dll.
3. Kesesuaian Kebutuhan Alat Mesin Pertanian (Alsintan)
Dinas pertanian Cianjur perlu menyusun pemetaan usulan bantuan alsintan dengan mempertimbangkan aspek keadaan topografi. Misalnya untuk alsintan traktor roda dua dengan PK kecil untuk wilayah selatan dan PK besar untuk wilayah utara.
4. Anggaran
Dinas pertanian Cianjur perlu menyusun alokasi penganggaran baik untuk APBN,APBD I dan APBD II secara komprehensif agar meningkat dan sesuai dengan kebutuhan dilapangan.
5. Fasilitas Tempat Penyimpanan Cadangan Pangan (Lumbung Pangan)
Untuk mengantisipasi kelangkaan dan kekuarangan stok pangan ditingkat lokal perlu di lakukan program penyediaan lumbung padi masyarakat. Dengan penambahan bantuan modal stimulan pengelolaan lumbung padi masyarakat.
6. Pengelolaan Sarana dan Sumber Pengairan
Untuk mengatasi kekuranga pasokan pengarian ketika musim kemarau maka perlu dilakukan pembangunan embung (bak penampungam air), pemeliharaan sumber mata air alami dengan rehabilitasi lingkungan, pembangunan sumur dangkal dan dalam, serta pemeliharaan saluran irigasi pedesaan.
7. Kesuburan Lahan
untuk mengatasi aspek penurunan kesuburan lahan pertanian, maka Dinas Pertanian perlu melakukan kajian evaluasi melalui survei geologi bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanah Bogor. Serta melakukan upaya penanganan melalui program pertanian organik, dan menggalakan pengurangan penggunaan pupuk kimia.
8. Peranan Bulog Dalam Menangani Hasil Produksi.
Bulog didorong untuk memperluas lokasi lokasi gudang penampungan serapan gabah, tidak hanya terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Selain itu Bulog di dorong untuk menambah staf personalia untuk melakukan operasi pasar.
9. Data lahan dan poktan perlu divalidasi
Dinas Pertanian Cianjur perlu melakukan proses survei pemetaan ulang terhadap kondisi lahan sawah yang ada di seluruh wilayah kabupaten Cianjur . Serta melakukan program validasi kelompok tani
10. Pemberdayaan Bibit lokal yang belum optimal
Dinas Pertanian Cianjur perlu mempertahankan dan mengembangkan keunggulan lokal komoditi pertanian khususnya varietas padi lokal pandanwangi. Diantaranya dengan cara penyediaan lahan khusus milik pemkab Cianjur sebagai lahan pemuliaan dan pelestariannya.
Sebagai langkah pengembangannya Dinas Pertanian Cianjur melakukan program percontohan melalui model multilokasi agar varietas padi lokal pandanwangi bisa di kembangkan di kecamatan lain di wilayah Cianjur .
11. Kualitas SDM
Perlu dilakukan program dan kegiatan pelatihan dan magang yang dikhususkan bagi petani sebagai pelaku utama usaha pertanian. Bisa bekerjasama dengan balai diklat peemrintah , BUMN, atau swasta.
12. Restrukturisasi dan efektifitas agropolitan dan agrobisnis
Restrukturisasi dan efektifitas agropolitan dilakukan dengan cara merivisi dan merevitalisasi kelembagaan agropolitan agar pelaksanaan tupoksinya jelas dan terarah. Sedangkan restrukturisasi dan efektifitas sistem agrobisnis dilakukan dengan cara mengoptimalkan peran agropolitan untuk mengembangkan wilayah pemasaran komoditi hortikultura secara lebih luas lagi. Membantu petani padi dan palawija dalam proses kemitraan dengan pengusaha.
13. Pengembangan Potensi Lokal
Perlu dilakukan peningkatan kegiatan pameran, kegiatan advertensi melalui media dalam rangka memperkenalkan potensi potensi komoditi pertanian lokal, seperti padi pandanwangi, buah manggis, bunga krisan dll. Perlindungan kekayaan komoditi pertanian Cianjur perlu dilakukan dengan cara memperoleh HAKI (Hak paten)
14. Peranan Dunia Usaha
Perlu dilakukan lebih banyak lagi kesempatan temu usaha antara petani Kacang Tanah,Ubikayu,Jagung,Pisang,dll. dengan pihak pengusaha yang bergerak di sektor hilir pertanian.
15. Minimnya Ketokohan Yang Bergerak Dibidang Pertanian.
Untuk melahirkan tokoh yang sukses dari kalangan petani Dinas Pertanian Cianjur perlu mengadakan perlombaan petani teladan,dengan kriteria kriteria tertentu sebagai motivasi bagi petani. Serta perlu membantu baik secara akses maupun finansial pengusaha pengusaha lokal Cianjur yang masih belum sukses.
16. Lemahnya Partisipasi Petani Dalam Perencanaan Pertanian
Pelibatan peran petani dan kelopok tani dalam kegiatan pertemuan dan rapat kedinasan dalam rangka tukar pemikiran dan pengalaman sehingga dapat mengakomodir keinginan dan harapan petani secara keseluruhan.
17. Koordinasi Lintas Sektoral Yang Belum Optimal
perlu dikakukan MOU antara Dinas Pertanian dengan beberapa instansi yang terkait, seperti dengan Dinas Perdagangan dan Industri, Dinas Koperasi,Disnak,dll. agar pelaksanaan program pertanian bisa selaras dan harmonis.
18. Pemantauan,pengawasan dan penindakan
Dinas Pertanian mempelopori dan mendorong peran KP3 (Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida) agar pemantauan dan pengawasan terhadap sarana produksi pertanian yang masuk dalam katagori barang bersubsidi (khususnya pupuk subisidi ) dan barang bantuan pemerintah lainnya dapat terkendalikan.
19. Peranserta PPL
Mengupayakan kepada pusat untuk penambahan SDM PPL PNS, menggalakan peran petani sebagai PPL Swadaya. Serta melakukan penyelenggaraan diklat diklat teknis bagi penyuluh pertanian yang berkaitan dengan kemampuan aplikasi teknolgi usaha tani yang relevan dengan pertanian Cianjur .
20. Perlindungan Lahan Pertanian
Pemerintah Kabupaten Cianjur bekerjasma dengan dewan untuk merumuskan kebijakan pencegahan alih fungsi lahan melalui pembahasan raperda LP2B.
21. Jumlah Penduduk
Bekerjasama dengan Dinas Kependudukan dan BKBPP untuk menggalakan program keluarga berencana (Program KB)
22. Pola Konsumsi Pangan Pokok Penduduk
Pemerintah Kabupaten Cianjur melalui Dinas Pertanian menggalakan program atau kampanye diversifikasi bahan makanan dan pola makan dengan pengganti beras.
D. Kesimpulan
dari penjelasan permasalahan dan pemecahan yang diuraikan di atas maka secara garis besar dapat dikelompokan sebagai berikut :
a. Aspek pengelolaan sumberdaya alam pertanian khususnya lahan dan air yang masih memerlukan sentuhan kebijakan yang bertujuan untuk melindungi dan memberikan peluang untuk pemberdayaan kehidupan petani.
b. Aspek peningkatan mutu sumberdaya manusia baik untuk kalangan petani sebagai pelaku utama,penyuluh pertanian sebagai fasilitator agar bisa meningkatkan peran dan kinerjanya.
c. Aspek peningkatan pengelolaan sumberdaya buatan baik meliputi pengelolaaan sarana fisik,proses perencanaan pada lingkup dinas maupun pembenahan kelompok tani, serta dukungan fasilitasi berupa akses pasar dan bantuan teknologi.
d. Aspek dukungan kebijakan pemerintah kabupaten Cianjur yang memiliki keberpihakan terhadap kepentingan petani.
0 Response to "Dinamika Pembangunan Pertanian Cianjur (permasalahan dan pemecahnnya)"
Post a Comment