Tanah Airku

TEKNIK BUDIDAYA dan POTENSI EKONOMI TANAMAN PORANG (Amorphophallus muelleri Blume)


TEKNIK BUDIDAYA 

Beberapa prasyarat dalam budidaya tanaman porang (Amorphophallus muelleri Blume) yaitu : 

A.Kondisi lingkungan

  1. Tanaman porang cocok ditanam didaerah tropis, serta dapat tumbuh dibawah tegakan pohon dengan suhu sekitar 25 derajat C – 35C dan curah hujan antara 1.000-1.500 mm per tahun
  2. Tempat tumbuh yang optimal berada di ketinggian 100-600 m dpl, dengan intensitas cahaya yang dibutuhkan antara 60%-70%.
  3. Kondisi tanah yang diperlukan agar porang dapat tumbuh dengan baik adalah tanah dengan tekstur lempung berpasir dan bersih dari alang alang dengan pH netral (6-7).
  4. Pada suhu diatas 35 C daun tanaman akan terbakar, sedangkan pada suhu rendah tanaman
    porang mengalami dormansi

B.Persiapan lahan dan jarak tanam
  1. Penanaman pada lahan produksi, jarak tanam yang disarankan sebesar 50 Cm x 100 cm, dimana 100 cm adalah jarak antar puncak pematang, dan lebar pematang mencapai 50 cm
  2. Agar tunas porang yang tumbuh cepat mencapai permukaan tanah, kedalaman penanaman di sarankan sebesar 3-4 kali ketebalan umbi. Karena tunah yang tidak segera bisa mencapai prermukaan, dapat beresiko membusuk di dalam tanah.
  3. Pada saat pertama kali bibit di tanam, dilakukan pemupukan dasar, pemupukan lanjutan dilakukan setahun sekali pada awal musim hujan. Dosis pupuk yang di berikan adalah urea 10 gram/ lubang dan SP 36 sebanyak 5 gram/ lubang dengan di tanaman di sekitar batang porang.

C. Hama dan Penyakit
  1. Penyakit yang menyerang tanaman porang di lapangan yaitu busuk pangkal petiol ( Sclerotium sp ). Penyakit ini terjadi saat musim hujan yang lebat di sertai dengan cuaca panas selama +3 hari berturut turut.
  2. Daun porang juga dapat mengalami sunburn symptoms atau daun seperti terbakar dengan ciri berwarna kuning kecoklatan.daun yang terbakar menunjukan gejala kerusakan pada daun dan tepi daun menggulung.
  3. Hama yang biasanya menyerang tanaman porang adalah ulat daun. Serangan hama dan penyakit dapat berbeda beda pada lokasi tertentu. 

D. Panen dan Pascapanen
  1. Porang di panen saat tanaman telah memasuki  fase dormansi yang di tandai dengan layunya daun tanaman porang. Masa dormansi umumnya pada bulan april – juli dan pemanenan umbi sebaiknya hanya di lakukan untuk umbi dengan bobot di atas 1 kg.
  2. Hasil umbi porang di bersihkan dari tanah dan akar,lalu di iris dengan ketbalan 0,5 cm dan dikeringkan di bawah terik matahari. Penjemuran dilakkan sekitar 5 hari untuk memperpanjang masa simpannya dan untuk menghindari timbulnya jamur yang dapat mengurangi kualitas dan harga jual porang 


POTENSI EKONOMI

Tujuan Ekspor
Pasar utama komoditas porang adalah untuk di ekspor ke Negara Jepang, Tiongkok, Korea dan
Vietnam untuk diolah menjadi bahan baku industri pangan, kosmetik, farmasi dan industri lainnya. Ekspor porang tahun 2018 sebanyak 254 Ton, dengan nilai ekspor mencapai RP. 11,31 Miliar. Angka ekspor ini baru dapat memenuhi 10 % dari permintaan dunia terhadap komoditas porang.
Harga
  1. Bibit bulbil : RP. 125.000 / kg
  2. Umbi segar : RP. 2.500 – RP. 10.000 / kg
  3. Umbi kering : RP. 27.000 – RP. 35.000 / kg
  4. Tepung : RP. 150.000 – RP. 250.000 / kg


Pengolahan umbi porang menjadi chip ataupun tepung dapat memberikan nilai tambah.


Sumber : DIREKTORAT ANEKA KACANG DAN UMBI, DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMETERIAN PERTANIAN, 2019





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TEKNIK BUDIDAYA dan POTENSI EKONOMI TANAMAN PORANG (Amorphophallus muelleri Blume)"

Post a Comment