Jaringan Irigasi Cihea “ Heritage” (warisan) Kolonial Yang Masih Kokoh
Daerah Irigasi Cihea merupakan salah satu daerah irigasi yang berada di Propinsi Jawa Barat, tepatnya di
Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur. Merujuk kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum danPerumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2015 Tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi, Irigasi Cihea masuk dalam katagori Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di bawah Kementerian PUPR.
NO. |
KECAMATAN |
LUAS LAHAN SAWAH IRIGASI
NON-IRIGASI (Ha) |
JUMLAH |
|
IRIGASI |
NON-IRIGASI |
|||
1 |
BOJONGPICUNG |
2556.89 |
104.84 |
2661.73 |
2 |
CIRANJANG |
1794.98 |
37.21 |
1832.19 |
3 |
HAURWANGI |
1299.66 |
5.44 |
1305.10 |
JUMLAH |
5651,53 |
147,49 |
5799,02 |
DI Cihea yang bersumber dari sungai Cisokan
merupakan peninggalan Belanda yang didirikan pada tahun 1816. Sumber Air irigasi
ini adalah dengan cara membendung aliran Sungai Cisokan berlokasi di Kp.Cisuru.
Bendungan peninggalan pemerintah kolonial Belanda sampai saat ini banyak yang
masih berdiri kokoh dan berfungsi dengan baik.
Bendungan yang terletak sekitar 30 km ke
arah tenggara dari pusat kota Cianjur itu berusia lebih dari 100 tahun, tapi
kondisinya masih kokoh, bahkan diperkirakan masih akan kokoh hingga beberapa
puluh tahun ke depan.
Kalaupun karena satu dan lain hal bendungan
itu roboh, misalnya karena bencana alam, pemerintah mau tidak mau harus
membangunnya kembali. Sebab, menurut Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air danPertambangan (PSDAP) Kabupaten Cianjur, Bendungan Cisokan
merupakan sumber pengairan utama bagi lebih dari 5.500 ha sawah di dataran
Cihea, tepatnya bagi 18 desa Kecamatan Bojongpicung dan Ciranjang. Tanpa
Bendungan Cisokan, persawahan di dataran Cihea dipastikan berubah menjadi sawah
tadah hujan.
Data Jaringan Irigasi :
1. Bendung : 2 buah
2. Bangunan Bagi : 3
3. Bangunan Bagi/Sadap : 10 buah
4. Bangunan sadap : 101 buah
5. Bangunan Terjun : 96 buah
6. Bangunan ukur : 11 buah
7. Bangunan Talang : 9 buah
8. Bangunan Suplisi : 22 buah
9. Petak Tersier : 146 buah
10.Bangunan Sypon : 3 buah
11. Gorong-gorong : 23 buah
Panjang Saluran
1. Sal. Terowongan : 1,200 km
2. Sal. Induk Cisokan : 20,146 km
3. Sal. Induk Ciranjang : 6,340 km
4. Sal. Sekunder : 29,579 km
5. Sal. Tersier : 10,827 km
6. Sal. Pembuang : 16,420 km
Jalan
1. Jalan Inspeksi : 19,840 km
Wajar bila Bendungan Cisokan berikut
puluhan kilometer saluran irigasinya merupakan salah satu infrastruktur penting
yang dibangun pemerintah kolonial Belanda di Cianjur. Bahkan sejarahwan Reiza D
Dienaputra (dosen Unpad) dalam Cianjur: Antara Priangan dan Buitenzorg, Sejarah
Cikal Bakal Cianjur dan Perkembangannya Hingga 1942 (Bandung 2004) menyebutkan,
pembangunan sarana irigasi Cihea berhasil mengubah Cianjur menjadi daerah
penghasil beras di Priangan.
Pembangunan irigasi di dataran Cihea itu
dilakukan sejak akhir abad ke-19 dan selesai pada awal abad ke-20. "Hingga
akhir dasawarsa kedua abad ke-20, irigasi Cihea masih menjadi satu-satunya
sistem pengairan yang relatif sangat baik untuk seluruh Keresidenan
Priangan," tulis Reiza dalam buku yang diterbitkan atas kerja sama Pemkab
Cianjur dengan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Unpad Bandung itu.
Meski begitu, di tahun-tahun awal
keberadaannya, irigasi tersebut sempat merugikan penduduk Cianjur, yakni adanya
wabah malaria. Wabah ini timbul karena saluran pengairan di seputar irigasi
Cihea kurang dipelihara dengan baik. Akibatnya muncul rawa-rawa yang menjadi
tempat bersarangnya nyamuk malaria.
Wabah malaria itu bukanlah tumbal pertama
dari pembangunan irigasi Cihea. Justru korban lebih banyak terjadi ketika
Bendungan Cisokan yang berlokasi di Cisuru mulai dibangun.
Korban tewas terjadi terutama di saat
rakyat membangun terowongan air berdiameter 3 m sepanjang 1.200 m. Karena
memang terowongan yang mengalirkan air dari Bendungan Cisokan ke saluran
irigasi Cihea itu merupakan bagian paling berat dari proyek tersebut.
Terowongan ini dibuat dengan melubangi tebing Sungai Cisokan yang merupakan
daerah berbatu cadas.
TEROWONGAN AIR: Seperti inilah kondisi terowongan ‘Irigasi Cihea’ Bojongpicung sepanjang 1.200 meter
Ribuan rakyat, yang sebagian di antaranya
didatangkan dari luar Cianjur, dikerja-paksa untuk melubangi tebing cadas itu
dengan peralatan sederhana: belincong, linggis, dan pacul. Sedangkan makanan
sangat kurang. Tak heran bila banyak rakyat yang tewas karena kalaparan.
Usai membuat terowongan air, rakyat kembali
dikerja-paksa membuat saluran irigasi dengan lebar 5-10 m menelusuri tebing
bukit hingga ke daerah dataran Cihea. Jumlah korban meninggal saat membuat
saluran irigasi yang sekarang disebut warga setempat sebagai Walungan (Sungai)
Cisuru itu kabarnya juga tidak sedikit, terutama diakibatkan serangan penyakit
malaria.
"Pengorbanan ribuan rakyat waktu itu
tidaklah sia-sia. Karena Bendungan Cisokan berikut saluran irigasinya sampai
sekarang masih berfungsi dengan baik. Sekalipun di musim kemarau, ribuan
hektare sawah di Bojongpicung dan Ciranjang tetap bisa ditanami padi dua sampai
tigakali dalam setahun.
By.admin
Referensi :
http://bpsda-wilayah.blogspot.com/2012/03/sejarah-bendungan-cisuru.html
https://www.journalnews.co.id/2021/05/sejarah-bendungan-legendaris-cisuru-di.html
Laporan Informasi Lahan Pertanian Kab.Cianjur
(Dinas Pertanian Kab.Cianjur 2018)
http://balaiwilayahiiiciranjang.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
0 Response to "Jaringan Irigasi Cihea “ Heritage” (warisan) Kolonial Yang Masih Kokoh "
Post a Comment